Tuesday, February 23, 2010

Jangan sakit ya Nak..


Tadi malam, Mama, Kakak, Ade dan Mbak Parmi berduyun-duyun ke RS MKD. Rencana awal sih periksa gigi Ade yang lobangnya uda infeksi, karena beberapa hari ini Ade sering ngeluh dan nangis karena giginya sakit. Tapi setelah Mama pikir-pikir, kenapa ga sekalian Kakak juga diperiksa aja? Giginya juga kan belum sepenuhnya bagus, masih ada sisa gigi-gigi susu yang patah. Kebetulan ada dokter gigi anak, mudah-mudahan bisa bikin Kakak dan Ade ga terlalu takut duduk di kursi dokter gigi (tentunya untuk kemudian diambil tindakan).

Pertama kali dapat giliran, Ade masih takut-takut, pake acara GTM.. meskipun dokternya uda mengenalkan "peralatan perang"-nya dengan bahasa-bahasa yang familiar, ada kapas bantal, kapas guling, bantal besar, sendok gigi, penggaris gigi, sikat gigi, dan mesin bersuara motor/pesawat terbang.. hhmm.. nice try doc, i appriciate it!
Sampai akhirnya diputuskan Kakak dulu deh, supaya jadi contoh buat Ade. Satu gigi Kakak berhasil ditambal dengan sukses.

Giliran berikutnya, Ade uda ga bisa ngelak lagi. Tapi karena Kakak dengan gayanya turun dari kursi dokter tanpa sakit, jadilah Ade sedikit lebih berani dari sebelumnya meskipun ga mau jauh-jauh dari Mama..

1, 2, 3.. 10 teng tong..
Gigi Ade bolongnya ada 10..!! Waaah?!
tapi yang parah memang di gigi geraham rahang kanan, yang selama ini sering Ade keluhkan.

Dokter putuskan satu ditambal permanen, satu lubang yang sudah sakit ditambal sementara dan perlu di foto gigi.

Awalnya Mama merasa ga ada yang salah dengan rencana tindakan dokter tersebut. Namun, ketika menuju ruangan radiologi, untuk di foto gigi, dimana Ade harus melepaskan anting2nya, ko Mama jadi kuatir... Does it really need?

Mama tanya petugas radiologi, dia bilang, yang dianggap bahaya adalah jika manusia terus menerus terpapar sinar X. Tapi jika keperluan observasi dokter memerlukan itu, mau tidak mau itu harus dijalankan. Mama terus terang heran, baru kali ini anak2 harus di foto gigi, karena ketika Mama kecil dulu, Mama langganan sakit gigi, namun ga pernah sekalipun di foto gigi.
Petugasnya lalu tanya lagi, apakah sakit giginya sampai bengkak? Hah, engga juga, cuman keluhan sakit gigi yang sering timbul dan pergi saja, ga ada tanda-tanda yang menghawatirkan .. (alhamdulillah). Tapi pertanyaan petugas itu membuat Mama tambah yakin bahwa ini mungkin tidak perlu. Akhirnya Mama minta ijin ke dokter giginya lagi, untuk menanyakan apakah memang perlu Ade di foto gigi.

Saat ketemu, dokter gigi-nya bilang, "iya Ibu, gak apa-apa kok, ini kan sinar yang kecil aja, beda dengan sinar yang untuk rontgen dada atau paru-paru gitu.. gak apa-apa kok"

Akhirnya Mama ngalah (secara admin-nya sudah otomatis membuatkan tanda terima untuk foto gigi-nya juga). Tapi terus terang Mama merasa sedih, ga rela Ade di foto dan kena efek sinar X (meski sekecil apapun) terlebih lagi jika memang hal tersebut ga diperlukan. Apalagi pada saat foto-nya berlangsung, Mama diminta petugasnya untuk cepat-cepat keluar ruangan, dia menutup pintu rapat-rapat dan Alya sendirian di ruangan itu. Hiks.. semoga tidak ada dampak negatif dari hal ini, terlebih karena Alya baru berusia 4 tahun..

Jadi setelah pemeriksaan itu, sampai pagi ini.. Mama berdo'a dan berharap anak-anak, Mama Papa, Eyang Mayang, seluruh keluarga dan teman-teman kita semoga selalu sehat dan berada dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT. Jikapun sakit, semoga menemukan rumah sakit, dokter dan para medis yang tepat, yang berorientasi pada kesembuhan pasien dan tidak terfikir untuk melakukan komersialisasi pengobatan dan perawatan... Terlebih karena biaya pengobatan dan perawatan sang pasien ditanggung oleh perusahaan atau provider asuransi kesehatan.


For all doctors in the world, please consider and re-consider your action
It's all about human life, not the source of funding.
Why a patient should pay more, if less is sufficient?
Please explain the patient the necessity of your action, the alternative, the impact and also the reasonable reason why he/she should do your instruction
(I'd prefer to use 'instruction' rather than advise coz sometimes there's no choice at all).
Don't you know that it's a part of your moral obligation as an expert in human health issue?
Well Doc, in fact, that's the main reason why the patient come and see you.
Though you may not be the expert yet, at least you know better than the patient does.
Hopefully, this is not only the patient's wishes...

My dear Rifa & Alya, please dont get sick honey.. Mom loves you so much..

regards,
Mama

Wednesday, February 03, 2010

Rahim dan Rohim


Beberapa hari lalu, Minggu, 31 Januari 2010, sehabis berdo'a sebelum tidur, Mama dan Rifa ngobrol-ngobrol kecil, sambil menunggu rasa kantuk datang..

Banyak banget yang Rifa tanyakan, termasuk katanya "Mam, aku tuh ko rasanya malu, ga bisa gitu bilang 'aku cinta padamu'.." waaaaa... secara dia masih 7 tahun, Mama cuman bisa ketawa aja, dan bilang, rasa cinta atau sayang itu ga harus selalu disebutkan dengan kata-kata seperti itu.

"Trus mama bilang cinta sama papa, gimana?" tanyanya lagi

"Mama perempuan, Mama ga bilang gitu.." jawab Mama sambil deg2an, ini arahnya kemana yaaa..? Selama ini Rifa kan bilang suka sama Dinda atau Zuhra, teman sekolahnya, apa dia sudah kepikiran untuk mengucapkan kata "aku padamu" ini? hiks..

"Trus kalo gitu, Papa waktu itu bilangnya gimana ke Mama..?" Rifa masih penasaran rupanya

"Ya Kakak tanya Papa deh, biar lebih seru..." hehehe, akhirnya jurus ngeles keluar lagi, lagian kan uda lupa juga, gimana kejadian 10 tahun lalu itu... xixi. Dan akhirnya topiknya bergulir ke hal-hal lain ...


"Mam, kalau perempuan sama perempuan nikah itu, kan tetep ga akan bisa punya anak ya?"

"Iya dong Kak, lagian dalam islam kan itu dilarang.." bla bla bla.. Mama kutip Q.S. Ar-Ruum 21 dimana Allah SWT telah menciptakan mahluknya itu dengan berpasang-pasangan dari jenisnya sendiri..

"Hmmm, gitu ya Ma.. lagian itu kan yang ketemu uumm.. apa namanya Mam,yang perempuan itu, rahim sama rahim ya..?"

"He'emh.." Mama deg2an lagi deh, apa lagi nih yang dimaksud dengan "ketemu" dalam bahasanya Rifa..

"Oooo.. Padahal seharusnya yang ketemu itu kan rahim sama rohim ya Mam..." katanya sambil cuek dan membalikkan badan ke tembok untuk tidur..

Wallaaaaaahhh.... Mama jadi geli dan ngakak sendiri, opo seh Kaaa... kamu nii ada2 aja deh.. ko kepikiran sampe segitunya.. hahaha..

Rgds,
Mama