Tuesday, February 17, 2009

Curhat Pelajaran SD

Mo curhat yang panjang ya..

Kalau saya perhatikan sistem pengajaran di SD Rifa sekarang (kelas 1 SD), ko sepertinya tidak mengenal yang namanya buku paket ya? dan saya pun tidak melihat ada teori2 yang diajarkan kepada anak melainkan langsung mengerjakan latihan-latihan di buku tematik.

Padahal menurut saya, untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan pemahaman & struktur/tata bahasa (misalnya bahasa indonesia, bahasa inggris), tetap diperlukan penjelasan yang cukup dan catatan untuk mengingatkan anak.

Sebagai contoh: untuk pelajaran Bahasa Indonesia: penjelasan tentang kata dasar, awalan, akhiran. Apa itu kata dasar, apa saja yang disebut sebagai awalan/akhiran, awalan apa saja yang melebur jika ketemu dengan huruf2 tertentu dll dst..

Begitu juga dengan pelajaran bahasa Inggris yang seharusnya ada dasar-dasar yang anak ketahui dan pahami sebelum bisa mengerjakan soal-soal di buku latihan misalnya kapan menggunakan "am" "are" "is", kenapa "a" atau "an" dll dst.

Saya tidak tahu apakah sebelum mengerjakan latihan-latihan gurunya menerangkan terlebih dahulu atau tidak, tapi yang pasti tidak ada catatan tentang teori yang bisa dipelajari oleh si anak di rumah (dan jadi contekan buat saya tentunya). Sehingga pada saat saya bantu pun seperti mengajarkan hal yang benar-benar baru untuk si anak. Dan yang lebih membuat saya takjub adalah jika melihat bobot soal ujian semester-nya... wow sangat tidak bisa dibandingkan dengan pelajaran saat kita SD dulu.


Sebagai ibu yang ga punya latar belakang mengajar, terus terang saya bingung dengan sistem pengajaran seperti ini. Karena ternyata suasana pendidikan saat ini bukan cuman mengharuskan anak belajar, tapi juga menuntut orang tua untuk ikut belajar. Hiks, ini baru kelas 1 apalagi kelas-kelas yang lebih tinggi?

Beberapa teman saya yang tidak bekerja bilang meskipun dia punya waktu untuk menemani belajar tapi materi kelas 3 ke atas sudah sulit sehingga sebaiknya anak ikut bimbingan. Waduh, apalagi untuk saya sebagai ibu yang bekerja yang nota bene waktunya lebih terbatas untuk menemani & membimbing anak belajar ya?

Apakah guru-guru sekarang sudah tidak mementingkan teori dan penjelasan seperti waktu saya SD dulu, melainkan hanya menitikberatkan pada latihan-latihan soal? Kenapa saat ini bimbingan dan kursus di luar sekolah sepertinya menjadi kewajiban? Benar-benar memprihatinkan kalau pendidikan di Indonesia, sebagai negara dunia ketiga, hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mampu...


rgds,
Ina

No comments: