Cerita perjalanan rohani yang maha dahsyat ini dimulai setidaknya sejak 2008. Suatu keinginan yang sepertinya masih hanya sekedar dalam angan dan harapan, namun tidak diikuti dengan ikhtiar yang nyata. Berharap Mama mendapatkan keberuntungan seperti Eyang atau Bunda Evy yang mendapatkan rejeki dari kantor untuk menunaikan ibadah haji. Hingga suatu saat, Allah swt memberikan petunjukNya seperti ini..
Ada kalanya, Mama membaca al Quran dengan acak, tidak berurutan. Dengan ijin Allah, seringkali, ayat yang dibaca secara acak itu berkaitan dengan suasana hati atau kebutuhan Mama saat itu. Masya Allah, Allah memang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar.
Hingga suatu saat, Mama membaca Al Quran secara acak dan terbukalah surat Al Hajj - tepat di ayat pertama dan seterusnya. Di lain waktu, Mama membaca lagi secara acak, terbukalah kembali surat Al Hajj - tepat di ayat pertama dan seterusnya. Kejadian ini terus berulang hingga 3 kali. Masya Allah.. Mama kaget, dan mulai mengabarkan "keanehan" ini pada Papa.
Tidak sampai disitu, kejadian kembali terulang ke-4 kalinya dan Mama sangat bersemangat untuk menceritakan keanehan ini kepada Papa. Mama berlari ke lantai bawah mencari Papa dan saking semangatnya, Al Quran yang Mama ingin tunjukkan kepada Papa tertutup kembali secara tidak sengaja.
Yaaaah.. kecewa, padahal Mama ingin menunjukkan bahwa Al-Quran yang Mama buka secara acak kembali menunjuk kepada QS Al Hajj.
Tapi meski kecewa Mama menceritakan ulang apa yang Mama alami tadi kepada Papa sambil mencontohkan membuka Al Quran yang Mama pegang secara acak. Dan ternyata, Masya Allah... terbuka kembali QS Al-Hajj ayat pertama dan seterusnya.
Mama tercenung.
Subhanallah. Apakah ini petunjukMu ya Allah?
Petunjuk bahwa kami harus segera menunaikan ibadah haji sesuai dengan kemampuan kami dan memulai rencana ini dengan lebih serius, tidak hanya mengharapkan rejeki pembiayaan dari kantor, tetapi dengan memulai menyimpan uang untuk keperluan ibadah haji tersebut.
Mungkin Allah swt mengingatkan.. "Kenapa ingin menunaikan ibadah haji tapi hanya mengandalkan jatah bantuan ibadah haji dari kantor? Kenapa tidak menunjukkan keseriusan dengan memulai menyiapkan tabungan haji, padahal kami sudah mampu?"
wallahu 'alam bissawab.
Ya Allah.. kami malu.
Bukan semata-mata rejekinya yang belum terkumpul, tapi lebih karena kurang adanya niat yang kuat untuk merealisasikannya dengan rejeki dan cucuran keringat sendiri. Ampuni kami ya Allah..
Waktu terus berjalan, niat tak pernah putus, ikhtiar tetap dijalankan - selain mendaftar bantuan ibadah haji di kantor juga mulai berniat mengumpulkan sebagian rejeki untuk mempersiapkan ibadah haji.
Bismillah..
(bersambung)
No comments:
Post a Comment